Apakah ummi sayang aku..
Kata-kata ini
sering diucapkan sulungku padaku pada banyak kondisi. Saat menyenangkan ataupun
saat yang tidak menyenangkan baginya. Ketika sedang bermain bersamaku selepas
aku pulang kerja. Ketika aku membacakan cerita untuknya sebelum tidur. Ketika
makan bersama. Ketika aku terdiam karena kerewelannya. Ketika alis mataku sudah
terangkat karena tidak suka dengan sulungku yang menggoda adiknya. Atau saat
aku mengucapkan “ummi tidak suka dengan yang abang lakukan….”.
Mendengar
sulungku – abang- mengucapkan pertanyaannya membuatku sering berfikir kenapa ya
anakku sering mengucapkannya. Apakah karena memang anakku cerdas secara linguistik
sehingga verbalnya begitu kuat atau hatinya yang begitu lembut karena sulungku
cenderung mempunyai karakter kinestetik?
Tetapi lepas
dari itu semua, yang paling sering menohokku adalah ketika pada saat aku capek
dan jengkel dengan kerewelannya. Pada saat wajah ini sudah kusut dan cemberut,
terdengarlah pertanyaan itu..ummi…ummi sayang aku..mendengarnya membuat wajah
ini seketika berubah. Mau nangis, tersenyum, tertegun..campur aduk menjadi
satu. Yang keluar akhirnya..dengan lembut kujawab..iya sayang…apakah abang juga
sayang ummi..ketika sulungku memelukku dan mengatakan iya ummi…hhh lega
rasanya..alhamdulillah tidak ada lagi kemarahan. Yang ada adalah pengingatan
untuk diriku bahwa dia-abang- masih anak-anak. Banyak yang kurang pada dirinya
tapi lebih banyak lagi yang lebih darinya. Sehingga ketika kerewelan itu ada,
maka senjata sabar adalah solusi semuanya.