Rabu, 15 Juni 2011

Anak berkarakter dimulai dari sholatnya...

Adalah sebuah generasi yang jujur atau punya integritas, dapat dipercaya, berani mengambil risiko, terampil menyelesaikan masalah, mampu bekerjasama dengan orang lain,senang belajar, komunikator yang efektif, dan luwes yang bisa bersaing kelak.
Lalu apa hubungannya anak berkarakter dengan sholat.
Shalat merupakan amal yang pertama dinilai oleh Allah di yaumil qiyamah, amal yang paling besar pahalanya dan meninggalkannya merupakan dosa yang besar. Shalat adalah wasiat terakhir dari Nabi Muhammad saw dan seharusnya merupakan ajaran pertama kepada anak-anak kita.
Dalam sebuah Talk Show Keluarga ”Bila Anakku Senang, Ia Akan Lebih Bertanggung Jawab” di Surabaya 5 Juni yang lalu, Dra.Ery Soekresno,Psi,M.Sc (Ed) bercerita bahwa beliau pernah menterapi seorang anak bermasalah dalam waktu kurang dari 6 bulan.Yang beliau lakukan adalah dengan mengajak anak tersebut menegakkan sholat, membenarkan gerakan sholat, memantau bacaan sholat dan terakhir memperkuat hafalan al qur’an. Subhanallah, sekarang anak tersebut menjadi anak yang bertanggung jawab, mandiri,dan sholeh kepada kedua orang tuanya.
Kalau kita cermati lebih dalam ada beberapa karakter yang akan terbentuk ketika kita membiasakan putra-putri kita menjaga sholatnya dan terbiasa tepat waktu dalam sholat.
1.      Kedisiplinan
Dalam sehari minimal sholat dilakukan 5 kali. Ketika anak terbiasa menjaga sholat, anak akan terbiasa mengatur waktu. Dia tahu kapan saatnya sholat dan kapan boleh mengerjakan aktivitas yang lain. Dalam sehari, minimal anak terlatih mempunyai 5 jadwal waktu yang tetap untuk sebuah aktifitas yaitu waktu shubuh, dhuhur, asar, maghrib dan isya.
2.      Kejujuran atau mempunyai integritas
Anak yang terbiasa menjaga sholat akan terbiasa menjadi anak yang jujur. Anak yang terbiasa menjaga sholat akan melakukan sholat ada atau tiada pengawasan. Suatu nilai tertanam dalam dirinya bahwa Allah lah yang mengawasi semua perbuatan. Maka tak akan kita temukan lagi anak yang mencontek ulangan ketika anak tersebut terbiasa menjaga sholatnya. Tak akan kita jumpai lagi anak – anak yang membuka situs internet yang tidak sepantasnya karena nilai kejujuran dan terutama perasaan senantiasa mendapat pengawasan dari Allah telah melekat dalam dirinya.
3.      Terbiasa hidup bersih
Saat hendak melakukan sholat, minimal anak membersihkan dirinya dengan berwudhu.  Selain hal tersebut anak juga harus dalam kondisi suci dan terbebas dari kondisi najis. Sehingga dalam keseharian anak akan terbiasa menjaga dirinya untuk bersih minimal terhindar dari terkena najis.
4.      Konsisten dalam menghadapi keburukan
Komunikasi yang terjaga dengan Allah dan menegakkan kewajiban dari Allah akan memberikan imbal balik bahwa Allah akan menjaga anak-anak kita. Tak mungkin kita bisa mengawasi semua tingkah laku anak kita. Ada keterbatasan waktu dan ruang untuk itu semua. Tetapi ketika anak terbiasa menjaga sholatnya, insyaAllah Allah pun akan menjaga anak-anak kita. Anak yang berada dalam penjagaan Allah akan konsisten dalam kebenaran, anak akan merasa risih dengan kemungkaran yang ada di sekitarnya. Anak pun akan malu (meski tidak ada yang melihat) ketika mempunyai niat untuk melakukan keburukan.
Wallahu alam bisshowab

Minggu, 12 Juni 2011

Belajar dari kebaikan anak-anak

Di balik kepolosan dan tingkah lucunya, seorang anak memiliki sikap baik yang dapat kita jadikan bahan untuk belajar. Salah satunya, kala kita mengamati seorang anak yang dengan gigih berusaha agar bisa mengayuh sepeda. Atau, bagaimana kala si kecil berimajinasi sambil menata balok-balok kayu.
Berikut beberapa sifat baik yang dapat kita tiru dari si kecil:
1. Tekun. Kebanyakan anak kecil gigih dan tekun melakukan berbagai hal yang mereka sukai. Mereka tidak takut gagal karena mereka tidak paham makna kegagalan. Sedangkan kita, orang dewasa, seringkali takut gagal karena pengaruh lingkungan dan bayangan kita sendiri.
2. Tak kenal takut. Anak kecil tidak melihat sebuah tantangan yang ada di depan mereka sebagai sebuah hal yang menakutkan. Mulanya, mereka tidak takut anjing atau kecoak. Namun, kita dan televisilah yang mengajarkan mereka rasa takut.
3. Selalu ingin tahu. Seorang anak kecil biasanya dicap ceriwis kala terlalu bertanya pada orang yang lebih tua. Padahal, saat mereka bertanya, mereka sedang belajar. Belajar tentang dunia di sekitar mereka. Mereka mempelajari berbagai hal dari sudut pandang mereka. Mereka belajar sambil bermain. Ada baiknya, kita meniru anak kecil yang belajar dengan bersenang-senang.
4. Determinasi kuat. Pernah mencoba mengambil mainan yang dipegang seorang anak? Niscaya dia akan menangis, berteriak dan marah. Anak memiliki keinginan kuat dan tidak mau berkompromi kala memiliki suatu tujuan. Berbeda dengan orang dewasa yang terkadang masih mau berkompromi dan mencari pembenaran kala tujuannya tidak tercapai.
5. Pekerja keras. Anak-anak adalah pekerja keras sejati! Coba amati seorang anak yang sedang bermain balok. Ketika balok-balok kayunya jatuh, dia akan berusaha menata baloknya hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan.
6. Tulus. Anak punya sikap tulus, menerima orangtua apa adanya. Walaupun orangtuanya adalah orang yang paling keras dan kasar sedunia.
Sebagai orang yang lebih dewasa, kadang kita perlu bercermin kepada anak-anak yang sedang bermain. Dulu, kita seperti mereka. Namun, seiring waktu dan banyaknya tuntutan, kita mulai berubah. Tak keliru bila kita belajar dari sifat baik mereka. Lalu, menjadi orang dewasa yang makin baik! (ardhi nurrahman)

Macam - macam kesulitan belajar pada anak

Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan. Namun, di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis yang dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
  1. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
  2. Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
  3. Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
  4. Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
  5. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala.

Senin, 06 Juni 2011

Kurikulum berbasis karakter

tulisan ini saya ambil dari postingan seorang teman
satu yang menjadi ganjalan adalah belum tertulis di posting tersebut tentang karakter yang dibentuk dalam pelajaran matematika.Atau memang di dalam kebijakan belum ada ya??
tetapi terlepas dari itu semua, tulisan ini sangat bermanfaat untuk pengenalan kita akan kebijakan terbaru yaitu KURIKULUM berbasis KARAKTER

________________________________________________________________________

Judul: Penanaman Nilai (Karakter) Dalam Kegiatan Pembelajaran.
Dari: Nurani Ike Budiatmawati, S.Pd
Referensi: 2010. Sosialisasi Kurikulum Berkarakter. Surakarta: LPMP
Pendidikan karakter  merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun bukan sesuatu yang baru. Penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan jaman, agaknya menuntut adanya penenaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran.
Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar.
Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat dilihat sebagai berikut:
  1. Pendidikan Agama:  Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan adil.
  2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, mengahrgai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
  3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
  4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.
  5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu
  6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial
  7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis
  8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, mengahrgai karya dan prestasi orang lain
  9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.
  10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli.
Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi.

Minggu, 05 Juni 2011

Apakah LUPUS itu?

Lupus adalah penyakit sistem imunitas. Bila sistem imunitas biasanya menyerang penyakit, kebalikan dengan orang yang menderita Lupus, sistem inilah yang justru menyerang organ tubuh. Reaksinya bisa dideteksi pada organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, pembuluh darah serta sel-sel darah. Diduga penyakit ini disebabkan sistem imunologi yang berlebihan.
 
Ciri-ciri penderita Lupus dapat dilihat pada warna kulit yang timbul bercak-bercak merah seperti di pipi, hidung, lengan dan bagian lainnya. Gejala lainnya yakni penderita akan terasa panas dan lelah berlebihan. Rambut rontok, persendian bengkak, demam, nyeri sendi dan sariawan juga kerap kali dikeluhkan penderita Lupus.
 

wahai anakku

wahai anakku..
tahukah kau bahwa kami sangat mencintaimu
mengingatmu dalam setiap aktifitasku
tak pernah lupa namamu tersebut dalam desah doaku

wahai anakku..
tahukah kau bahwa kami selalu menyayangimu
memelukmu ketika sedih menerpamu
membelaimu disela lelap tidurmu

wahai anakku...
hanya kesholehan yang kami harapkan
hanya kebaikan yang kami inginkan

kelak..
semoga engkau menjadi permata bagi kami
menjadi investasi kebaikan
yang akan selalu melantunkan doa-doanya untuk kami

Sabtu, 04 Juni 2011

Tujuh jenis kecerdasan pada anak

Di dalam buku Frames of Mind yang terbit tahun 1983, seorang psikolog bernama Howard Gardner menyimpulkan hasil risetnya yang mengatakan bahwa sedikitnya ada tujuh jenis kecerdasan:

  1. Kecerdasan linguistik, berkaitan dengan kemampuan bahasa dan penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi. Mereka seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal, tempat dan nama.
  2. Kecerdasan musikal, berkaitan dengan musik, melodi, ritme dan nada. Orang-orang ini pintar membuat musik sendiri dan juga sensitif terhadap musik dan melodi. Sebagian bisa berkonsentrasi lebih baik jika musik diperdengarkan; banyak dari mereka seringkali menyanyi atau bersenandung sendiri atau mencipta lagu serta musik.
  3. Kecerdasan logis-matematis, berhubungan dengan pola, rumus-rumus, angka-angka dan logika. Orang-orang ini cenderung pintar dalam teka-teki, gambar, aritmatika, dan memecahkan masalah matematika; mereka seringkali menyukai komputer dan pemrograman. 

Jadwal Skrining pada anak

Pengertian-Tumbuh-Kembang-Anak
 kidscircle
http://www.dokteranakku.net/ -- Jadwal dan Jenis Skring Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini tumbuh kembang anak Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan pada balita dan anak prasekolah.
Dengan ditemukan secara dini adanya penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi  akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai waktu dalam membuat rencana atau tindakan intervensi yang tepat terutama ketika harus melibatkan ibu atau keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui maka intervensinya lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa : 1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan. Untuk mengetahui atau menemukan status gizi kurang, gizi buruk, pertambahan lingkar kepala (makrosefali atau mikrosefali)
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan. Yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan) gangguan daya lihat, daya dengar
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional. Yaitu untukmelihat adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.

Agar Tumbuh Kembang Anak Tak Terganggu

Tips membuat kartu hijaiyyah

Mengenalkan huruf hijaiyah kepada anak-anak akan lebih mudah jika dilakukan cara yang menyenangkan. Salah satu contohnya adalah bermain bersama dengan menggunakan kartu bergambar atau flashcard. Kita bisa membuatnya sendiri atau mencari materi dari internet yang bisa diunduh secara gratis.


Sediakan bahan-bahan sebagai berikut:
1. Kertas tebal agar tidak mudah robek.
2. Gunting.
3. Plastik rekat untuk laminating.
4. Kartu bergambar yang siap dicetak, materi bisa diunduh dari Yemen Links.

Selamat mencoba!



Jumat, 03 Juni 2011

Penilaian PRODUK

Apa yang dimaksud dengan produk?
Produk adalah karya siswa berupa benda 3-dimensi yang dirancang dan dibuat sendiri oleh siswa dengan bantuan saran-saran dari guru. Dalam bidang matematika misalnya alat peraga matematika, model benda geometris, alat pengukur berdasarkan prinsip trigonometri, permainan matematika, dll.

Bagaimana cara melaksanakan penilaian produk?
Penilaian produk dilaksanakan dengan langkah-langkah sbb.:
1. Pada tahap persiapan, siswa membuat rencana, mengumpulkan gagasan, dan kemudian membuat desain (rancangan) produk apa yang akan dibuat. Guru memberi saran-saran untuk melengkapi gagasan atau meyempurnakan desain. Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, serta mendesain produk.
2. Pada tahap pembuatan produk, siswa memilih dan menggunakan bahan, alat, dan teknik yang sesuai dengan desain yang telah disusun. Dalam proses pembuatan dimungkinkan siswa membutuhkan bantuan berupa saran-saran dari guru. Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3. Pada tahap penyerahan, siswa menyajikan produk atau memamerkannya kepada komunitas sekolah disertai uraian tertulis mengenai seluk-beluk produk tersebut, seperti maksud, ciri-ciri, proses perancangan dan pembuatan, dll. Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa membuat produk sesuai kegunaan dan memenuhi kriteria yang telah disepakati.

Oleh : Susento dan M. Andy Rudhito
Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penilaian Kelas

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Ada pula yang menyebut dengan Penilaian Berbasis Kemampuan Dasar (PBKD) karena penilaian yang dilakukan oleh guru dikembangkan berdasarkan kemampuan dasar yang harus dikuasai peserta didik.
PBK/PBKD dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
a. pengumpulan hasil kerja peserta didik (portofolio)
b. hasil karya (produk)
c. penugasan (proyek)
d. kinerja (performance)
e. tes tertulis (paper and pencil test)
Dalam hal ini guru menilai kompetensi dan hasil belajar peserta didik berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang, yang dijabarkan lebih lanjut menjadi indikator-indikator pencapaian (IP).
Prinsip-prinsip PBK
Pada saat guru melaksanakan penilaian berbasis kelas ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Valid, artinya menilai yang seharusnya dinilai.
b) Mendidik, ada sumbangan positif terhadap pencapaian belajar peserta didik.
c) Berorientasi pada kompetensi, artinya menilai kompetensi yang ada pada kurikulum.
d) Adil, artinya tidak membedakan latar belakang peserta didik.
e) Terbuka, artinya kriteria dan acuannya jelas dan dinformasikan.
f) Berkesinambungan, artinmya dilakukan terencana, bertahap dan kontinu.
g) Menyeluruh, artinya meliputi teknik, prosedur, materi maupun aspeknya.
h) Bermakna, ditindaklanjuti oleh semua fihak.