Minggu, 29 Mei 2011

Kisah Roger Crawford

Roger Crawford dilahirkan dengan kondisi yang disebut ectrodactylism. Ketika ia keluar dari rahim ibunya, para dokter melihat bahwa ia memiliki semacam jempol pada lengan kanannya, dan jempol serta jari pada lengan kirinya. Ia tidak memiliki telapak tangan. Kaki serta lengannya pendek. Dan kakinya kecil dengan hanya tiga jari kaki (kaki tersebut diamputasi ketika ia berusia lima tahun). Berbagai profesional medis mengatakan bahwa ia tidak akan pernah berjalan, mungkin tidak akan mengurus dirinya sendiri, dan tidak akan pernah menjalin kehidupan normal.
Setelah pulih dari keterkejutan mereka, orang tua Roger bertekad untuk memberinya kesempatan sebaik mungkin untuk menjalani kehidupan normal. Mereka membesarkannya sedemikian rupa agar ia merasa dikasihi, agar ia kuat, dan agar ia mandiri.” Kamu hanya cacat selama kamu merasa cacat,” Ayahnya mengatakan padanya.
Ketika Roger sudah cukup besar, mereka mengirimkannya ke sekolah publik biasa. Mereka libatkan dia dalam olahraga. Mereka mendorongnya untuk melakukan segala yang ia inginkan. Dan mereka mengajarnya untuk berpikir positif.

“Yang tak pernah dilakukan orang tua saya adalah membiarkan saya mengasihi diri sendiri, atau memanfaatkan orang lain karena kecacatan saya.” Kata Roger.
Roger menghargai dorongan serta pelatihan yang ia dapatkan dari orangtuanya, namun saya rasa ia tidak benar-benar mengerti seberapa jauh prestasinya sehingga ia kuliah dan berinteraksi dengan seseorang yang ingin berjumpa dengannya. Ia ditelpon oleh seseorang yang telah membaca tentak kemenangannya dalam tenis, dan Roger setuju menjumpainya di sebuah restoran. Ketika Roger bangkit berdiri untuk berjabat tangan dengan orang tersebut, ternyata orang itu memiliki tangan yang hampir serupa dengan tangannya. Roger kegirangan karena merasa telah menemukan seseorang yang mirip dengannya namun lebih tua usianya, yang dapat menjadi mentornya. Namu setelah berbicara dengan orang asing tersebut selama beberapa menit, Roger sadar bahwa ia keliru. Roger menjelaskan,
“saya malah menemukan seseorang yang sikapnya penuh dengan kepahitan, pesimis, yang menyalahkan segala kekecawaan serta kegagalanhidupnya pada anatomi tubuhnya.
Sya segeras sadar bahwa hidup kita dan sikap kita tidak mungkin lebih berbeda lagi…Ia tak pernah bekerja lama pada satu posisi, dan ia yakin itu adalah karena “diskriminasi”-dan bukan karena (seperti yang diakuinya sendiri) ia selalu datang terlambat,sering absen, dan tidak bertanggung-jawab dalam pekerjaannya. Sikapnya adalah,”Dunia berhutang padanya,” dan persoalannya adalah bahwa dunia tidak sependapat. Ia bahkan marah terhadap saya karena saya tidak putus asa seperti dia. Kami berhubungan selama beberapa tahun, hingga saya sadar bahwa seandainyapun ada mukjizat yang memberinya tubuh sempurna, ketidakbahagiaannya serta ketidaksuksesanya tidak akan berubah. Ia akan tetap berada di tempat yang sama dalam hidupnya.”
Orang tersebut telah membiarkan kegagalan menguasai dari dalam, sementara Roger telah menguasai seni mengubah kegagalan menjadi batu loncatan.
Kemungkinan besar kesusahan dalam hidup Anda tidaklah separah yang dialami Roger Crawford. Dan itulah sebabnya mengapa kisahnya demikian memberikan inspirasi. Roger menyatakan,”Cacat hanya akan menghambat jika kita biarkan. Ini benar bukan saja dalam soal fisik, melainkan juga dalam soal emosional serta intelektual…saya percaya bahwa keterbatasan yang nyata serta kekal tercipta dalam pikiran kita, bukan tubuh kita.” Dengan kata lain, apapun yang terjadi, kegagalan adalah urusan batin.
Roger Crawford mencari nafkah sebagai konsultan serta pembicara publik. Ia telah menulis dua judul buku dan terbang ke seluruh penjuru negara, bekerja dengan perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500, asosiasi-asosiasi nasional maupun negara bagian, dan distrik-distrik sekolah. Sebelum menjadi konsultan, ia adalah pemain tenis untuk Loyola Marymount University dan belakangan menjadi pemain tenis profesional yang diakui oleh United States Professional Tennis Association.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar